Rabu, 13 April 2022

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

 

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gizi dan Kesehatan Anak


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Dalam penyelesaian makalah ini, penyusun banyak mengalami kesulitan. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dosen yang tidak lelah dan bosan untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat.

2. Orang tua dan keluarga  yang banyak memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual.

3. Teman-teman yang sudah membantu dalam menyusun makalah ini.

Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

 

 

Blitar, 10 Februari 2022

  

Penulis

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1

A.  Latar Belakang................................................................................................................. 1

B.  Rumusan Masalah............................................................................................................. 1

C.  Tujuan............................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 2

A.  Pertumbuhan Anak........................................................................................................... 2

B.  Perkembangan Anak......................................................................................................... 4

C.  Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak............................ 13

D.  Pengaruh Gizi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.................................. 14

E.   Upaya Mengoptimalkan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.................................. 17

BAB III PENUTUP................................................................................................................ 19

A. Kesimpulan..................................................................................................................... 19

B. Saran................................................................................................................................ 19

DAFTAR RUJUKAN............................................................................................................. 20


BAB I

PENDAHULUAN

A.    A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan pada anak merupakan suatu proses yang akan selalu terjadi dengan bertahap maka disebut dengan proses continue atau berkelanjutan. Banyak orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain dan saling mempengaruhi. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.

Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah makanan yang disesuaikan dengan tingkat umur dan jenis aktivitasnya. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas, maka kita menguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.

B.     B. Rumusan Masalah

                        1.      Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan anak ?

                        2.      Apa yang dimaksud dengan perkembangan anak?

                        3.      Apa saja faktor yang mempegaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak?

                        4.      Bagaimana pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak?

                        5.      Upaya untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak ?

C.    C. Tujuan

                       1.     Untuk menjelaskan maksud pertumbuhan anak

                       2.     Untuk menjelaskan maksud perkembangan anak

                       3.     Untuk menjelaskan faktor yang mempegaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

                       4.     Untuk menjelaskan pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak

                       5.     Untuk menjelaskan upaya mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pertumbuhan Anak

Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (Keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis (Enung Fatimah, 2010:41)

Menurut Mohammad Ali dan Asrori dalam buku psikologi remaja, pertumbuhan yang terjadi sebagai perubahan individu lebih mengacu dan menekankan pada aspek perubahan fisik ke arah lebih maju. Dengan kata lain, istilah pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinu serta berlangsung dalam periode tertentu.

Oleh karena itu, sebagai hasil dari pertumbuhan adalah bertambahnya berat, panjang, atau tinggi badan, tulang, dan otot-otot menjadi lebih kuat, lingkar tubuh menjadi lebih besar, dan organ tubuh menjadi lebih sempurna.

Dalam kehidupannya, manusia akan mengalami pertumbuhan fisik mengikuti pola- pola umum dan pola-pola unik sebagai pembawaan individual. Sejak dalam kandungan, janin telah mengalami pertumbuhan fisik yang sangat cepat, bahkan tercepat bila dibandingkan dengan masa sesudah kelahirannya. Pada permulaan masa bayi, akan mengalami pertumbuhan yang agak lambat namun pasti, kemudian makin cepat, dan mencapai puncak pertumbuhan tercepat pada masa remaja, setelah itu berlangsung moderat, bahkan hampir tidak ada pertumbuhan lagi, dan akhirnya berangsur-angsur menurun. Dengan kata lain, pertumbuhan mengalami keterbatasan. Pada akhirnya pertumbuhan ini mencapai titik akhir, yang berarti bahwa pertumbuhan telah selesai.

Menurut Barba Corazon VC bahwa usia, jenis kelamin, dan berat badan sangat menentukan status gizi individu. Berat badan dan tinggi badan anak mencerminkan status gizi dan tingkat pertumbuhan, sedangkan berat badan dan tinggi badan orang dewasa mencerminkan pertumbuhan yang dapat dicapainya.

1)   Tinggi Badan

Berikut tinggi ideal anak berdasarkan Kementerian Kesehatan RI dan World Health Organization (WHO) berdasarkan jenis kelamin dan usia anak.

Usia (Tahun)

Tinggi Badan Berdasarkan Jenis Kelamin (cm)

Laki-laki

Perempuan

1

72-78

70-78

2

82-92

80-92

3

83-95

82-95

4

84-97

83-96

5

85-98

84-97

Menurut WHO, ketika menginjak usia 6-18 tahun ada batasan di mana anak dianggap pendek dan mengidap gizi yang buruk. Seorang anak dikatakan pendek bila tinggi badannya kurang dari :

Usia (Tahun)

Tinggi Badan Berdasarkan Jenis Kelamin (cm)

Laki-laki

Perempuan

6

106,1

104,9

7

111,2

109,9

8

116

115

9

120,5

120,3

10

125

125,8

11

129,7

131,7

12

134,9

137,6

13

141,2

142,5

14

147,8

145,9

15

153,4

147,9

16

157,4

148,9

17

159,9

149,5

18

161,2

149,8

2)   Berat badan

Menurut WHO berikut adalah rata-rata berat badan ideal anak

Usia (Tahun)

Berat Badan Berdasarkan Jenis Kelamin (kg)

Laki-laki

Perempuan

1

9,6

8,9

2

12,2

11,5

3

14,3

13,9

4

16,3

16,1

5

18,3

18,2

Pada rentang usia 1-5 tahun, standar deviasi adalah sekitar 2-3 kg. Artinya, bila berat bada anak kurang atau lebih 2-3 kg dari rentang di atas, berat badan pada umumnya masih termasuk normal.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), berikut adalah rata-rata berat bada usia 6-12 tahun

Usia (Tahun)

Berat Badan Berdasarkan Jenis Kelamin (kg)

Laki-laki

Perempuan

6

20

20

7

23

22

8

25

25

9

28

29

10

32

33

11

36

37

12

40

41

  1. Perkembangan Anak

Perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif yang di dalamnya berupa perubahan secara psikologis. Menurut Mohammad Ali dan Asrori (dalam Hanggowiyono, 2015) perkembangan lebih mengacu kepada perubahan karakteristik yang khas dari gejala-gejala psikologis ke arah yang lebih maju. Para ahli psikologi pada umumnya menunjuk pada pengertian perkembangan sebagai suatu proses perubahan yang bersifat progresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang terbaru.

Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupnnya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, sampai masa dewasa. (Latifah, 2017).  Perkembangan juga dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progesif, dan berkesinambungan (Yusuf, 2012).

Perkembangan individu merupakan integrasi dari beberapa proses, yakni biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Ketiga proses ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Dengan demikian, obyek psikologi perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi dalam diri individu meliputi beberapa aspek sebagai implikasinya, yakni: (1) aspek perkembangan psikomotorik; (2) aspek perkembangan kognitif; (3) aspek perkembangan emosi; (4) aspek perkembangan bahasa; (5) aspek perkembangan sosial; (6) aspek perkembangan kepribadian;  dan (7) aspek perkembangan moral dan beragama. (Yusuf, 2011)

1)        Aspek Perkembangan Psikomotorik

Aspek perkembangan pertama yakni, Aspek psikomotorik, berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik, Kuhlen dan Thompson menyatakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek (Hurlock, 1956), (dalam Yusuf, 2011) yakni: pertama, struktur fisik, yang meliputi tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh. Kedua, sistem syaraf yang mempengaruhi perkembangan aspek lainnya, yakni intelektual dan emosi. Ketiga, Kekuatan otot, yang akan mempengaruhi perkembangan motorik, Keempat, kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya pola-pola perilaku baru.

Menurut Yusuf, (2011) otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi perkembangan aspek-aspek perkembangan individu lainnya, baik keterampilan motorik, intelektual, emosional, sosial, moral maupun kepribadian. Pertumbuhan otak yang normal berpengaruh positif bagi perkembangan aspek-aspek lainnya. Sedangkan apabila pertumbuhan tidak normal (misalnya sebab pengaruh penyakit atau kurang gizi) cenderung akan menghambat perkembangan aspek-aspek tersebut.

Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak mengatur oto memungkinkan berkembangnya kompetensi atau keterampilan motorik anak. Keterampilan motrik anak dibagi menjadi dua jenis yakni: (1) keterampilan gerakan kasar seperti berjalan, berlari melompat, naik dan turun tangga; dan (2) Keterampilan motorik halus atau keterampilan memanipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola, serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan. (Audrey Curtis, 1998, Elizabeth Hurlock, 1956, dalam Yusuf, 2011).

Perkembangan keterampilan motorik merupakan faktor yang sangat penting  bagi perkembangan pribadi secara keseluruhan. Menurut Elizabeth Hurlock (dalam Yusuf, 2011) beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik bagi konstelasi perkembangan individu yakni:

a)    Melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar, dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.

b)   Melalui keterampilan, motorik anak dapat beranjak dari kondisi "helplessness" (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang "independence" (bebas, tidak bergantung). Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan "self confidence" (rasa percaya diri).

c)    Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah (school adjustment). Pada usia pra sekolah (taman kanak-kanak) atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.

d)   Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan akan terkucil atau menjadi anak yang “fringer" (terpinggirkan).

e)    Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan “self-concept” atau kepribadian anak.

2)        Aspek Perkembangan Kognitif

Aspek perkembangan kedua yakni, aspek kognitif atau intelektual, perkembangan kognitif berkaitan dengan potensi intelektual yang dimiliki individu, yakni kemampuan untuk berfikir dan memecahkan masalah. Piaget (dalam Yusuf, 2011) menyebutkan bahwa  perkembangan kognitif (intelegensi) meliputi empat tahapan atau periode yakni sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasi formal. Hal tersebut dijelaskan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 2.1

Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Piaget

PERIODE

USIA

DESKRIPSI PERKEMBANGAN

1.    Sensorimotor

0-2 tahun

Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik dengan orang atau objek (benda). Skema-skemanya baru terbentuk, refleks-refleks sederhana seperti menggenggam atau mengisap

2. Praoperasional

2-6 tahun

Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif. Simbiol-simbol tersebut seperti: kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan obejk, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang tampak)

3. Operasi Konkret

6-11 tahun

Anak sudah dapat membnetuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini memungkinkan unruk dapat memevahan masalah secara logis.

4. Operasi Formal

11 tahun sampai dewasa

Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Pada saat ini anak (remaja) sudah berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak hanya dengan objek-objek konkret. Remaja sudah dapat berpikir abstrak dan memecahkan masalah mealui mengujian semua alternative yang ada.

 

Aspek kognitif juga dipengaruhi oleh perkembangan sel-sel syaraf pusat di otak. Penelitian mengenai fungsi otak (Woolfolk, 1995) (dalam Latifah, 2017) dapat dibedakan berdasarkan ke-dua belahan otak, yakni otak kiri dan otak kanan. Otak kiri berkaitan erat dengan kemampuan berfikir rasional, ilmiah, logis, kritis, analitis, dan konvergen (memusat). Dengan demikian kegiatan yang banyak melibatkan fungsi otak kiri adalah membaca, berhitung, belajar bahasa dan melakukan penelitian ilmiah. Sedangkan otak kanan berkaitan erat dengan kemampuan berfikir intuitif, imajinatif, holistik dan divergen (menyebar). Kegiatan yang dominan menggunakan otak kanan diantaranya adalah melukis, bermain musik, kerajinan tangan.

3)        Aspek Perkembangan Emosi

Aspek perkembangan ketiga yakni, aspek perkembangan emosi. Menurut Retno (2013), emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau suatu kejadian. Ragam emosi dapat terdiri dari perasaan senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat beralu daripada suasana hati. Sebagai contoh, apabila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah.

Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri-ciri sebagai berikut.

1.        Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya seperti pengamatan dan berpikir

2.        Bersifat fluktuatif (tidak tetap)

3.        Banyak bersangkutan dengan peristiwa pengnalan paca indera

Adapun ciri-ciri emosi tersebut dapat dibedakan antara emosi anak dengan emosi orang dewasa yakni sebagai berikut

Tabel 3.1

Karakteristik Emosi Anak dan Dewasa

EMOSI ANAK

EMOSI ORANG DEWASA

1.     Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba

2.     Terlihat lebih hebat/kuat

3.     Bersifat sementara/dangkal

4.     Lebih sering terjadi

5.     Dapat diketahui jelas dari tingkah lakunya

 1.     Berlangsung lebih lama dan berkahir lebih lambat

 2.     Tidak terlihat hebat/kuat

 3.     Lebih mendalam dan lama

 4.     Jarang terjadi

 5.     Sulit diketahui karena lebih pandai menyembunyikannya

 

Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi peserta didik, sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung kepada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock dalam Retno, 2002).

Adapun pengengelompokan emosi dibbagi menjadi dua bagian yakni emosi sensoris dan emosi kejiwaan (psikis).

a.    Emosi sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti: rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang, dan lapar.

b.    Emosi psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan keji waan. Yang termasuk emosi ini, di antaranya adalah:

1)   Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup kebenaran. Perasaan ini diwujudkan dalam bentuk; (a) rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu hasil karya ilmiah, (b) rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran, (c) rasa puas karena dapat menyelesaikan per soalan-persoalan ilmiah yang harus dipecahkan.

2)   Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hu bungan dengan orang lain, baik bersifat perorangan maupun kelompok. Wujud perasaan ini seperti (a) rasa solidaritas, (b) persaudaraan (ukhuwah), (c) simpati, (d) kasih sayang dan sebagainya.

3)   Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika (moral). Contohnya, (a) rasa tanggung jawab (responsibility), (b) rasa bersalah apabila melanggar norma, (c) rasa tenteram dalam menaati norma.

4)   Perasaan Keindahan (estetis), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dari sesuatu, baik bersifat keben daan maupun kerohanian.

5)   Perasaan Ketuhanan. Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Tuhan, dianugerahi fitrah (kemampuan atau perasaan) untuk mengenal Tuhannya.

4)        Aspek Perkembangan Bahasa

Aspek perkembangan anak keempat yaitu aspek perkembangan bahasa, menurut para ahli, bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat dan perasaan) dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati berrsama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat (Sinolungan, 1997; Semiawan, 1998). Lenneeberg salah seorang ahli teori belajar bahasa yang sangat terkenal (1996) mengatakan bahwa perkembangan bahasa tergantung pada pematangan otak secara biologis.

5)        Aspek Perkembangan Sosial

Aspek perkembangan kelima yakni, aspek perkembangan sosial, perkembangan sosial individu ditandai dengan pencapaian kematangan dalam interaksi sosialnya, bagaimana seseorang mampu bergaul, beradaptasi dengan lingkungannya dan menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok (Pangestuti, 2013). Robinson A (1981) (dalam Yusuf, 2011) mengartikan sosialisasi sebagai proses yang membimbing anak kearah perkembangan kepribadian sosial sehingga mampu menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif.

Sosialisasi dari orangtua ini sangatlah penting bagi anak, karena dia masih terlalu muda dan belum memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangannya sendiri ke arah kematangan. J. Clausen (Ambron, 1981: 221) (dalam Yusuf, 2011) mendeskripsikan tentang upaya yang dilakukan orangtua dalam rangka sosialisasi dan perkembangan sosial yang dicapai anak, yaitu sebagai berikut.

Tabel 5.1

Sosialisasi dan Perkembangan Anak

KEGIATAN ORANG TUA

PENCAPAIAIN PERKEMBANGAN PERILAKU ANAK

1.     Memberikan makanan dan memelihara kesehatan fisik anak

2.     Melatih dan menyalurkan kebutuhan fisiologis: toilet training (melatih buang air besar/kecil), menyapih dan memberikan makanan padat

3.     Mengajar dan melatih keterampilan berbahasa, persepsi, fisik, merawat diri dan keamanan diri.

4.     Mengenalkan lingkungan kepada anak: keluarga, sanak keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar

5.     Mengajarkan tentang budaya, nilai nilai (agama) dan mendorong anak untuk menerimanya sebagai bagian dirinya.

6.     Mengembangkan keterampilan interpersonal, motif, perasaan, dan perilaku dalam berhubungan dengan orang lain

7.     Membimbing, mengoreksi, dan membantu anak untuk merumuskan tujuan dan merencanakan aktivitasnya

 1.     Mengembangkan sikap percaya terhadap orang lain (development of trust)

 2.     Mampu mengendalikan dorongan biologis dan belajar untuk menyalur kannya pada tempat yang diterima masyarakat

 3.     Belajar mengenal objek-objek, belajar bahasa, berjalan, mengatasi hambatan, berpakaian, dan makan

 4.     Mengembangkan pemahaman tentang tingkah laku sosial, belajar menye suaikan perilaku dengan tuntutan

 5.     Mengembangkan pemahaman tentang baik-buruk, merumuskan tujuan dan kriteria pilihan dan berperilaku yang baik.

 6.     Belajar memahami perspektif (pandangan) orang lain dan merespons harapan/pendapat mereka secara selektif.

 7.     Memiliki pemahaman untuk mengatur diri dan memahami kriteria untuk menilai penampilan/perilaku sendiri

 

Perkembangan sosial seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana ia berada, baik keluarga, teman sebaya, guru, dan masyarakat sekitarnya. (Yusuf, 2011). Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan so sialnya secara matang. Namun, apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif, seperti perlakuan orangtua yang kasar; sering memarahi; acuh tak acuh; tidak memberikan bimbingan; teladan; pengajaran atau pembiasaan terhadap anak dalam menerapkan norma-norma, baik agama maupun tatakrama/budi pekerti; cenderung menampilkan perilaku maladjustment, seperti: (1) bersifat minder; (2) se nang mendominasi orang lain; (3) bersifat egois/selfish; (4) senang mengisolasi diri/menyendiri; (5) kurang memiliki perasaan tenggang rasa; dan (6) kurang mempedulikan norma dalam berperilaku. (Yusuf, 2011)

6)        Aspek Perkembangan Kepribadian

Aspek perkembangan keenam yakni aspek kepribadian. Kata kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan kata personality. Kata ini berasal dari kata latin, yaitu persona yang berarti topeng atau seorang individu yang berbicara melalui sebuah topeng yang menyembunyikan identitasnya dan memerankan tokoh lain dalam drama (Buchori, 1982). Suadianto (2007) (dalam Latifah, 2017) menjelaskan bahwa hal penting dalam perkembangan kepribadian adalah ketetapan dalam pola kepribadian atau persistensi. Artinya, terdapat kecenderungan ciri sifat kepribadian yang menetap dan relatif tidak berubah sehingga mewarnai timbul perilaku khusus terhadap diri seseorang.

E.B. Hurlock (dalam Yusuf, 2011) menyebutkan bahwa karakteristik kepribadian dibagi menjadi dua, yakni kepribadian yang sehat dan kepribadian yang tidak sehat yang dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6.1

Karakteristik Kepribadian

KEPRIBADIAN SEHAT

KEPRIBADIAN TIDAK SEHAT

1.     Mampu menilai diri secara realistik

2.     Mempu menilai situasi secara realistik

3.     Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik

4.     Menerima tanggung jawab

5.     Kemandirian autonomi

6.     Dapat mengontrol emosi

7.     Berorientasi tujuan

8.     Berorientais keluar

9.     Penerimaan sosial

10. Memiliki filsafat hidup

11. Berbahagia

 1.     Mudah marah/tersinggung

 2.     Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan

 3.     Sering merasa tertekan

 4.     Bersikap kejam atau sennag mengganggu orang lain

 5.     Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang

 6.     Mempunyai kebiasaan berbohong

 7.     Hiperaktif

 8.     Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas

 9.     Senang mengkritik/mencemooh orang lain dll.

 

7)        Aspek Perkembangan Moral

Aspek perkembangan ketujuh yakni, aspek pekembangan moral dan penghayatan agama. Istilah moral berasal dari bahasa latin mos/moris yang dapat diartikan sebagai peraturan, nilai-nilai, adat istiadat, kebiasaan dan tatacara kehidupan (Retno, 2013). Sedangkan moralitas lebih mengarah pada sikap untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai dan prinsip moral (Yusuf, 2011). Perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh individu dalam interaksinya dengan orang lain (Santrock, 1995). Menurut kacamata teori psikoanalisa, perkembangan moral adalah proses internalisasi norma-norma masyarakat dan dipengaruhi oleh kematangan biologis individu. Sedangkan dari sudut pandang teori behavioristik, perkembangan moral dipandang sebagai hasil rangkaian stimulus-respons yang dipelajari oleh anak, antara lain berupa hukuman dan pujian yang sering dialami oleh anak.

Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar salah atau baik-buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini (prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima anak mengenai benar-salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya di kemudian hari. (Yusuf, 2011)

Menurut Yusuf (2011), pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari orangtua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk. Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orangtua merupakan suatu yang salah atau buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hor mat kepada orangtua dan guru merupakan suatu yang benar/baik. pelaksanaan ibadah telah diterima sebagai kehanisan moral.

  1. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

1.      Faktor-faktor dasar pertumbuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor genetik atau keturunan. Genetik merupakan dasar dalam mencapai hasil akhir proses pertumbuhan anak. Melalui genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Faktor eksternal adalah pola makan, aktivitas yang dilakukan, vitamin atau suplemen pendukung. Gizi yang terkandung di dalam makanan berperan penting dalam pertumbuhan anak. Makanan dibutuhkan untuk pertumbuhan dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga. Aspek penting yang perlu ditambahkan adalah keamanan pangan (Food Safety) yang mencakup pembebasan makanan dari berbagai “racun” yang kian mengancam kesehatan.

2.      Faktor-faktor dasar perkembangan

   Pertama, faktor genetik/hereditas merupakan faktor internal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu. Hereditas sendiri dapat diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua. Sejalan dengan itu, faktor genetik dapat diartikan sebagai segala poteensi (baik fisik maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa prakelahiran sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen (Yusuf, 2011). Dari definisi tersebut, yang perlu digaris bawahi adalah faktor ini bersifat potensial, pewarisan/bawaan dan alamiah (nature).

   Kedua, faktor lingkungan (nurture), lingkungan merupakan faktor eksternal yang turut membentuk dan mempengaruhi perkembangan individu (Retno, 2013). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor genetik bersifat potensial dan lingkungan yang akan menjadikannya aktual. Ada beberapa faktor lingkungan yang sangat menonjol yakni dalam lingkungan keluarga. Menurut Yusuf (2011) alasan tentang pentingnya peranan keluarga bagi perkembangan anak, adalah: (a) keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak; (b) keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengenalkan nilai-nilai kehidupan kepada anak; (c) orang tua dan anggota keluarga merupakan “significant people” bagi perkembangan kepribadian anak; (d) keluarga sebagai institusi yang memfasilitasi kebutuhan dasar insani (manusiawi), baik yang bersifat fiktif biologis, maupun sosio-psikologis; dan (e) anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.

  1. Pengaruh Gizi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah makanan yang disesuaikan dengan tingkat umur dan jenis aktivitasnya. (Sukamti, 1994). Telah diketahui bersama bahwa untuk dapat tumbuh dengan baik, seorang anak/bayi memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang baik. Semakin bertambah usia bayi/anak maka semakin banyak kebutuhan zat-zat gizinya. (Sukamti, 1994).  Gizi atau zat gizi disebut juga sebagai nutrisi. Menurut Pane, dkk (2020) nutrisi merupakan senyawa kimia penting (esensial) bagi tubuh untuk membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (metabolisme).

Menurut Asmuni, (dalam Sukamti, 1994) parameter untuk mengukur kemajuan pertumbuhan seseorang adalah menggunakan berat dan tinggi badan. Jika seorang anak sejak lahir diukur berat badannya secara periodik, misalnya setiap tiga bulan sekali, maka akan terdapat suatu gambaran atau pola pertumbuhan anak tersebut. Didapati bahwa pola pertumbuhan seseorang sejak lahir sampai meninggal, bukan merupakan suatu kurva garis lurus, tetapi terdiri atas beberapa bagian yang menunjukkan kecepatan tumbuh yang cepat, diselingi oleh kecepatan tumbuh lambat. Fase pertumbuhan cepat disebut growth spurt (pertumbuhan melonjak), sedangkan fase pertumbuhan lambat disebut growth plateau (pertumbuhan mendatar). Pada kurva pertumbuhan seseorang terdapat dua phase growth spurt (pertumbuhan melonjak), yakni pada periode umur bayi dan balita, serta pada periode umur remaja atau adolesens. Di antara kedua fase growth spurt (pertumbuhan melonjak) tersebut terdapat growth plateau (pertumbuhan mendatar), yakni pada periode prasekolah dan bagian akhir fase dewasa (adult life).

Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Seseorang

Sumber: Achmad , (dalam Sukamti, 1994)

Pertumbuhan seorang anak praktis dianggap berhenti setelah mencapai umur dewasa (16-17 tahun) karena sudah sangat lambat, garis Ephipysis sudah tertutup (Corbin 1980:7). Tubuh sudah tidak banyak lagi menambah bahan baru kepada sel atau jaringan, tetapi hanya menggantikan bahan-bahan yang telah rusak atau aus terpakai. Pada seorang dewasa yang sehat, berat badannya diharapkan akan konstan dalam batas-batas tertentu. Jadi, mudah dipahami bahwa untuk fase pertumbuhan diperlukan banyak bahan baru dalam bentuk zat-zat gizi, dibandingkan dengan fase umur dewasa. Terutama pada phase growth spurt (pertumbuhan melonjak), kebutuhan akan zat gizi meningkat dengan pesat sehingga suatu kondisi defisiensi (penyakit/kekurangan) pada fase umur ini akan segera berpengaruh pada pertumbuhan anak tersebut. Pada phase growth plateau (pertumbuhan mendatar) kebutuhan akan zat-zat gizi ini pun akan menurun, sesuai dengan kecepatan tumbuh saat itu. Jangan mengherankan bahwa nafsu makan pun (appetite) akan naik-turun sesuai dengan phase pertumbuhan anak tersebut.

Pentingnya mendapat zat makanan sesuai dengan kebutuhan yang harus terpenuhi, pertumbuhan dan perkembangan tubuh anak akan berjalan dengan lancar, termasuk pertumbuhan sel otaknya. Pertumbuhan sel otak yang maksimal seperti inilah yang sangat dibutuhkan, yang merupakan potensi untuk kemampuan intelegensinya. Kebutuhan nutrisi bagi setiap orang, dapat berbeda-beda karena dipengaruhi oleh faktor genetika dan metaboliknya. Namun, pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi anak-anak itu pada dasarnya sama, yakni untuk mencukupi segala kebutuhan guna pertumbuhan untuk mencapai kebutuhannya. Pemenuhan nutrisi yang baik, akan membantu mencegah terjadinya penyakit yang akut maupun kronik, di samping menopang perkembangan serta kemampuan fisik dan mentalnya.

Adapun kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah (umur 7-12 tahun) yakni seperti halnya kelompok anak pra sekolah, pada kelompok anak sekolah juga membutuhkan zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) relatif lebih besar. Sebagai manifestasi atau perwujudan produktivitas pada kelompok usia anak sekolah, yaitu ketahanan fisik atau stamina tubuh dalam mengikuti setiap aktivitas. Selain banyak membutuhkan zat gizi makro juga sangat banyak membutuhkan zat gizi mikro (mineral) terutama zat besi (Fe). Beberapa penelitian di Amerika, Guatemala, Mesir dan Indonesia menunjukkan bahwa anemia gizi besi berpengaruh negatif terhadap perilaku dan prestasi belajar anak. (Sugeng, dalam Sukamti, 1994).

Webb dan Oski dalam penelitiannya (Sugeng (dalam Sukamti, 1994) menyimpulkan bahwa siswa yang menderita anemia secara statistik memperoleh skor keberhasilan lebih rendah dari kelompok nonanemik dan dalam uji kemampuan untuk menceritakan kembali hal-hal yang secara visual pernah diperlihatkan membutuhkan waktu lebih lama (4.08 detik) dibanding kclompok nonanemik (1.81 detik) untuk melaporkan kembali hal yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok anemia mengalami lebih banyak masalah perilaku dalam pemusatan perhatian dan persepsi yang menyebabkan prestasi belajar rendah. Efisiensi anak-anak nonanemik lebih cepat dan lebih akurat daripada anak-anak yang anemia.

Selain itu, asupan zat gizi menunjukkan korelasi yang positif dengan perkembangan kecerdasan anak.  Berbagai penelitian menunjukkan, bahwa skor IQ anak dengan asupan gizi optimal memiliki nilai yang lebih baik, dibandingkan nilai IQ anak yang mengalami gizi kurang. Penelitian yang dilakukan di Korea menunjukkan, bahwa anak-anak yang memiliki asupan gizi baik, cenderung memiliki nilai IQ yang lebih tinggi. (Prado dan Kathryn, 2012).

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa asupan gizi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Pemenuhan asupan gizi pada anak perlu memperhatikan kebutuhan dan daya anak. Pada masa pacu pertumbuhan (phases growth spurt) sebaiknya kebutuhan gizi atau nutrisi anak dipenuhi dengan baik karena masa tersebut adalah masa terbaik untuk mencapai pertumbuhan sebelum terlambat. Selain itu, asupan gizi yang seimbang berpengaruh pada perkembangan seorang anak. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa asupan gizi yang cukup dan seimbang berpengaruh pada kecerdasan atau kemampuan kognitif anak, sedangkan kekurangan gizi dapat berpengaruh pada kurangnya konsentrasi, kekakuratan dan prestasi anak.

  1. Upaya Mengoptimalkan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan dan perkembangan yang baik merupakan hal yang penting bagi anak. Sebagai orang tua dan calon pendidik, kita harus tahu bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk dapat memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Laju pertumbuhan dan perkembangan anak berbeda antar satu dengan yang lainnya karena dipengaruhioleh beberapa faktor seperti, genetik, nutrisi, stimulasi tumbuh kembang dan kadar hormone pertumbuhan. Akan tetapi, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkannya. Berikut merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

1.      Mengonsumsi makanan bergizi

Makanan bergizi seimbang merupakan syarat utama untuk mengoptimalkan pertumbuhan anak, terutama tinggi badannya. Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Untuk memperoleh gizi seimbang, anak perlu mengonsumsi beberapa nutrisi yang dibutuhkan. Mulai dari protein, lemak, serat, karbohidrat, vitamin, dan juga berbagai mineral penting. Beberapa makanan yang bisa membantu memenuhi kebutuhan gizi seimbang yang dibutuhkan oleh anak. Kacang, daging ayam, sayuran hijau, yoghurt, telur, buah-buahan, hingga ikan salmon.

2.      Berolahraga

Rutin berolahraga dapat memperkuat otot, tulang, dan menambah produksi human growth hormone (HGH) yang mana penting untuk pertumbuhan anak. Namun untuk anak-anak olahraga tidak boleh terlalu lama dan aktivitas fisik terencana yang dibimbing oleh orang dewasa. Beberapa olahraga yang cocok untuk anak sekolah dasar diantaranya berenang, bermain basket, dan lompat tali.

3.      Tidur yang cukup

Tidur adalah hal yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Memiliki jam tidur yang baik akan mengoptimalkan petumbuhan dan perkembangan anak. Pada anak usia sekolah dasar rentang lama tidurnya adalah 9-11 jam. Tidak hanya berpengaruh bagi fisik namun tidur juga mempengaruhi mental. Dr.Dora Wolfe mengemukakan bahwa tidur memungkinkan membentuk sel-sel pembersih yang melindungi otak dari gangguan kejiwaan dan neurodegenerative. Manfaat tidur yang cukup untuk anak-anak antara lain :

4.      Pemberian nutrisi

Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu dengan memberikan asupan pada anak yang memiliki nutrisi atau zat gizi berikut. Nutrisi yang penting untuk anak diantaranya DHA dan AA (LC-PUFAS), zat besi, zinc, taurine, asam glutamate dan asam folat.

5.      Pola asuh dengan penuh kasih sayang dan stimulasi bermain.

Kasih sayang sendiri berguna untuk menciptakan rasa aman dan nyaman, membuat anak merasa dilindungi, diperhatikan (minat, keinginan, dan pendapatnya), diberi contoh bukan dipaksa, dibantu, didorong, dihargai, penuh kegembiraan, koreksi bukan ancaman atau hukuman. Sedangkan stimulasi bermain, dapat membantu anak dalam meningkatkan sensorik, motorik, emosi-sosial, berbicara, kognitif, mandiri, kreativitas, kepemimpinan, dan moralnya

 

 

 

 

 

 

 


 

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Pertumbuhan merupakan suatu perubahan fisik yang terjadi pada anak yang mengarah kepada bertambahnya berat, panjang, atau tinggi badan, tulang, dan otot-otot menjadi lebih kuat, lingkar tubuh menjadi lebih besar, dan organ tubuh menjadi lebih sempurna. Pertumbuhan dapat dilihat pada tinggi badan dan berat badan yang menentukan status gizi dan tingkat pertumbuhannya.

Perkembangan merupakan perubahan kemampuan dan karakteristik psikis yang terjadi sejalan dengan pertumbuhan fisik pada anak.  Perkembangan anak berasal dari proses biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Proses perubahan dalam diri  anak terdiri dari berbagai aspek sebagai implikasinya yaitu aspek perkembangan psikomotorik, aspek perkembangan kognitif, aspek perkembangan emosi, aspek perkembangan bahasa, aspek perkembangan sosial, aspek perkembangan kepribadian dan  aspek perkembangan moral.

Terdapat berbagai faktor  yang mempengaruhi perkembangan yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Sedangkan faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan yaitu faktor genetik. Faktor genetik dipengaruhi Gizi pada asupan anak, sehingga perlu diperhatikan saat periode pertumbuhan dan perkembangan anak. Kebutuhan akan zat Gizi pada anak sebaiknya  dipenuhi secara seimbang sejalan dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangannya.  Terdapat cara untuk mengoptimalkan  perkembangan dan pertumbuhan anak yaitu makan makanan bergizi, berolah raga, tidur yang cukup, pemberian nutrisi dan pola asuh dengan penuh kasih sayang serta stimulasi bermain

B.  Saran

Perkembangan dan pertumbuhan merupakan suatu hal yang paling terpenting pada anak karena hal tersebut sangat mempengaruhi masa depan anak. Sebagai calon guru, kita harus dapat mempelajari perkembangan dan pertumbuhan  pada anak agar dapat diterapkan pada anak sehingga kematangan pada usia anak SD tidak  terjadi hambatan maupun kekurangan pada setiap tahapannya.

 

 

 

 

DAFTAR RUJUKAN

Fadli, Rizal. (2021). Ibu Perlu Tahu, Ini 4 Cara Biar Anak Tumbuh Tinggi. [Online]( https://www.halodoc.com/artikel/3-cara-biar-anak-tumbuh-tinggi) diakses pada 6 Februari 2022

Honggowiyono, Puger. (2015). Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik. Malang: Penerbit Gunung Samudera

Latifah, U. (2017). Aspek perkembangan pada anak Sekolah Dasar: Masalah dan perkembangannya. Academica: Journal of Multidisciplinary Studies1(2), 185-196.

Muljati, Sri, dkk. 2016. Gambaran Median Tinggi Badan Dan Berat Badan Menurut Kelompok Umur Pada Penduduk Indonesia Yang Sehat Berdasarkan Hasil Riskesdas 2013 (Description Of Median Number Of Weight And Height Classified By Age Group On Healthy Indonesian Citizens Based On Riskesdas 2013 Result). Penelitian Gizi dan Makanan, 39 (2), 137-144. Dari https://media.neliti.com/media/publications/223580-none.pdf

Pane, dkk (2020). Gizi dan Kesehatan. Yayasan Kita Menulis.

Pangestuti, Retno. 2013. Psikologi Perkembangan Anak Pendekatan Karakteristik Peserta Didik. Jogjakarta: BASOSBUD.

Prado, E. L., & Dewey, K. G. (2012). Nutrition and brain development in early life. Nutrition reviews72(4).

Rompies, Jemima K.(2020). Tips Optimalkan Tumbuh Kembang Anak Agar Menjadi Generasi Unggul. [Online](https://www.popmama.com/kid/4-5-years-old/jemima/tips-optimalkan-tumbuh-kembang-anak-agar-menjadi-generasi-unggul-1 Jemima Karyssa Rompies 2020) diakses pada 6 Februari 2022

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sukamti, E. R. (1994). Pengaruh Gizi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jurnal Cakrawala Pendidikan3(3).

Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Yusuf, Syamsu. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar