Rabu, 13 April 2022

PERANAN SEKOLAH DASAR SEBAGAI LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

PERANAN SEKOLAH DASAR SEBAGAI LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

 

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Multikultural


KATA PENGANTAR

 

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Peranan Sekolah Dasar Sebagai Lembaga Pengembangan Pendidikan Multikultural

Dalam penyelesaian makalah ini, penyusun banyak mengalami kesulitan. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dosen yang tidak lelah dan bosan untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat.

2. Orang tua dan keluarga  yang banyak memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual.

3. Teman-teman yang sudah membantu dalam menyusun makalah ini.

Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

 

 

Blitar, 2 Maret 2022

 

 

 

 

 

Penulis

 


 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I........................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1

A.  Latar Belakang................................................................................................................. 1

B.  Rumusan Masalah............................................................................................................. 1

C.  Tujuan............................................................................................................................... 2

BAB II....................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN....................................................................................................................... 3

A.  Peranan Sekolah Dasar sebagai Sistem Sosial.................................................................. 3

B.  Peranan Sekolah Dasar sebagai Lembaga Pengembangan Budaya.................................. 3

BAB III..................................................................................................................................... 9

PENUTUP................................................................................................................................. 9

A. Kesimpulan....................................................................................................................... 9

B. Saran.................................................................................................................................. 9

DAFTAR RUJUKAN............................................................................................................. 11


BAB I

PENDAHULUAN

A.    A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai negara dengan keberagaman budaya yang sangat banyak di dunia. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas (Kholik, 2017). Pada prinsipnya, pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang menghargai perbedaan. Dengan harapan perbedaan tersebut tidak menjadi sumber konflik dan perpecahan. Sikap saling toleransi inilah yang nantinya akan menjadikan keberagaman yang dinamis, kekayaan budaya yang menjadi jati diri bangsa yang patut untuk dilestarikan.

Hamid Hasan (dalam Kholik, 2017) menyebutkan, bahwa masyarakat dan bangsa Indonesia memiliki tingkat keragaman yang tinggi, mulai dari dimensi sosial, budaya, aspirasi politik, dan kemampuan ekonomi. Keragaman tersebut berpengaruh langsung terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan kurikulum. Kemampuan sekolah dalam menyediakan pengalaman belajar juga berpengaruh terhadap kemampuan anak didik untuk berproses dalam belajar serta berpengaruh dalam mengelola informasi menjadi sesuatu yang dapat diterjemahkan sebagai hasil belajar.

Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan berwujud pengalaman hidup dari berbagai lingkungan budaya. Pendidikan dan pembudayaan yang diperoleh di sekolah di samping di rumah, di masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan individu itu selanjutnya. Pendidikan ini tidak bebas nilai, tetapi sarat dengan nilai, termasuk nilai budaya. Pendidikan yang bernuansa budaya itu berlangsung sejak anak usia dini berlanjut sampai pada jenjang pendidikan lebih lanjut bahkan sampai akhir hayat. Untuk mengenalkan anak didik kita dengan budaya tersebut maka sekolah perlu dimodelkan sebagai lembaga budaya di mana siswa bisa dapat beradaptasi secara alamiah dan berbudaya. (Kholik, 2017). Untuk itu, melalui makalah ini penulis akan mencoba menjelaskan tentang peranan sekolah dasar sebagai sistem sosial dan lembaga pengembangan budaya.

B.     B. Rumusan Masalah

                        1.      Bagaimana peranan sekolah dasar sebagai sistem sosial?

                        2.      Bagaimana peranan sekolah dasar sebagai lembaga pengembangan budaya?

C.    C. Tujuan

1.         Untuk menjelaskan peranan sekolah dasar sebagai sistem sosial

2.         Untuk menjelaskan peranan sekolah dasar sebagai lembaga pengembangan budaya


 

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Peranan Sekolah Dasar sebagai Sistem Sosial

Lingkungan  sekolah  secara  keseluruhan  merupakan  suatu  sistem  yang  terdiri  dari  sejumlah  variabel  dan  faktor  utama  yang  dapat  diidentifikasi  sebagai  budaya sekolah, kebijakan dan politik sekolah, serta kurikulum formal dan bidang  studi.  Salah  satu  dari  faktor ini  mungkin  menjadi  fokus  dari  reformasi  sekolah  pada  awalnya,  namun  perubahan  itu  harus  tepat  pada  masing-masing  variable dalam membantu menciptakan dan mendukung lingkungan sekolah multibudaya  yang efektif.  (Kholik, 2017)

Menurut Kholik (2017) Sistem  sosial  adalah  proses  bertingkah  laku  (dalam  masyarakat)  yang  saling  mempengaruhi  dan  terdapat  kegiatan  berulang  tetap  secara  teratur.  Faktor penting yang memiliki kekuatan mengintegrasikan sistem sosial adalah konsensus  antar anggota  masyarakat  tentang  nilai - nilai  tertentu.  Reaksi  dari  suatu  sistem  sosial terhadap perubahan - perubahan yang datang dari luar (extra system change)  tidak  selalu  bersifat  adjustive. Sebuah sistem  sosial  dalam  kurun waktu  tertentu  dapat juga mengalami konflik - konflik sosial yang bersifat visious circle.

Sekolah  sebagai sistem  sosial  pada  hakikatnya  merupakan  susunan  dari  peran  dan  status  yang  berbeda - beda,  dimana  masing - masing  bagian  tersebut  terkonsentrasi  pada  satu  kekuatan  legal  struktural   yang  menggerakkan  daya  orientasi   demi   mencapai   tujuan   tertentu.   Tentu   saja   sistem   sosial   tersebut  bermuara pada status sekolah sebagai lembaga formal. Sosialisasi dan enkulturasi  melalui  pendidikan  dengan  belajar  adat  (kebiasaan  sosial). Variabel dan  faktor  sekolah sebagai sistem sosial itu antara lain :

1.    Kebijakan dan politik sekolah

Kebijakan  dan  politik  sekolah  sangat  menentukan  ke  arah  mana  anak  didik  akan   dikembangkan   potensinya.   Kebijakan   dan   politik   sekolah   yang  bernuansa  khas  dan  unggul  dapat  dikembangkan  oleh  sekolah  itu  secara  terencana dan berkelanjutan.

2.    Budaya sekolah dan kurikulum yang tersembunyi (hidden curriculum )

Budaya yang berlangsung di sekolah dan kurikulum yang tersembunyi sangat  menentukan   kepribadian   yang   dikembangkan   pada   lingkungan   sekolah.  Misalnya  di  Sekolah  Dasar  tertentu  dibudayakan  untuk  setiap  hari  guru  atau  kepala sekolah menyambut kedatangan siswa  di depan pagar secara bergiliran untuk  bersalaman  untuk  mengajarkan  nilai  keakraban,  kekeluargaan, rasa  saling hormat dan kasih sayang.

3.    Gaya belajar dan sekolah

Gaya belajar siswa hendaknya diperhitungkan oleh sekolah dalam pembuatan  kebijakan dan dalam menciptakan gaya (style) sekolah itu dalam menciptakan  kondisi  belajar  yang  nyaman  dan  akrab  dengan  kondisi  siswa.  Tentu tidak  sama gaya sekolah perkotaan dengan segala fasilitasnya dengan gaya sekolah  pedesaan.

4.    Bahasa dan dialek sekolah

Bahasa  dan  dialek  sekolah  disini  berkaitan  dengan  bahasa  dan  dialek  yang  digunakan  di  sekolah  di  mana  sekolah  itu  berada.  SD  di  Jawa,  khususnya  Jawa  Tengah  atau  sebagian  Jawa  Timur  yang  banyak  menggunakan  bahasa  dan  dialek  Jawa  dapat  membuat  program  mingguan  misalnya.  Kegiat an  ini  untuk   menumbuh   sikap   hormat   dan   kesantunan   pada   anak   didik   lewat  penggunaan bahasa dan dialek yang dibudayakan di sekolah.

5.    Partisipasi dan input masyarakat

Apabila   kesadaran   masyarakat   akan   pendidikan   tinggi   dan   komite   sekolah  dipimpin  oleh  orang  yang memiliki  wawasan  pendidikan  yang  baik  maka  sekolah  itu  akan  banyak  mendapat  bantuan  dari  masyarakat,  baik  dana  maupun  pemantauan  ke  arah  pengembangan  sekolah  ke  depan.  Untuk  itu  Komite Sekolah perlu dipimpin oleh orang yang bukan saja dikenal, disegani  dan  berpengaruh  di  masyarakat,  tetapi  juga  orang  yang  memiliki  komitmen  yang tinggi terhadap kemajuan pendidikan putra - putrinya.

6.    Program penyuluhan/konseling

Program   bimbingan   dan   penyuluhan/konseling   akan   berperanan   dalam  membantu   mengatasi   kesulitan   belajar   pada   anak,   baik   itu   anak   yang  mengalami  kelambatan  belajar  maupun  anak  yang  memiliki  bakat  khusus. Kemungkinan  ada  anak  yang  lemah  dalam  mata  pelajaran  tertentu  ternyata  dia   memiliki   bakat   yang   besar   dalam   menari   dan   menyanyi   yang  membutuhkan  penyaluran bakat yang memadai.

7.    Prosedur asesmen dan pengujian

Asesmen dan pengujian tidak identik dengan duduk di kelas dan mengerjakan  soal   dalam   bentuk   paper - pencil   test.   Asesmen   bersifat   holistik   yang  menggambarkan  kemampuan  aktual  keseharian  anak.  Anak  akan  dinilai  secara berbeda dalam arti dikurangi skornya apabila ia terlibat dalam tindakan yang  kurang  bermoral  atau  sebaliknya,  siswa  yang  menunjukkan  penampilan  dan  sikap yang baik akan mendapat skor tambahan.

8.    Materi pembelajaran

Materi  pelajaran  pada  semua  bidang  studi  atau  bidang  yang  paling  cocok  dapat  memasukkan  materi  budaya  itu  dalam  pembelajaran.  Perlu  ada  bidang  studi   Pendidikan   Multikultural   tersendiri   di   sekolah   dasar   untuk   lebih  mengenalkan  budaya  secara  lebih  terencana,  terorganisir  dan  matang,  bukan  seked ar dititipkan pada materi yang ada pada bidang studi yang lain.

9.    Gaya dan strategi mengajar

Tentunya  guru  yang  sedang  mengajar  anak  didiknya  tentunya  sarat  dengan  nilai  budaya.  Guru memiliki  ideologi  dan  nilai - nilai  budaya  yang  diperoleh  sepanjang  hidupnya.  Hal  itu  tentunya  sangat  mewarnai  gaya  dan  strategi  mengajar yang guru gunakan di sekolah .

10.     Sikap, persepsi, kepercayaan dan perilaku staf sekolah

Seluruh   staf    yang   mendukung   pembelajaran   akan   sangat   membantu  menciptakan   kondisi   pembelajaran   yang   diinginkan   dan   begitu   juga  sebaliknya.  Staf  sekolah  bukan  sekedar  berurusan  dengan  benda  mati  seperti  kertas, penggaris, alat tulis atau tanaman yang ada di sekolah, namun bergaul  dengan  seluruh  komponen  sekolah.  Sikap  sinis  dan  tidak  peduli  dari  staf sekolah  akan  sangat  mempengaruhi  kinerja  sekolah.  Untuk  itu  perlulah  memilih  orang  yang  benar - benar  cocok  untuk  profesi  itu (Sutarno, 2010: 6).

  1. Peranan Sekolah Dasar sebagai Lembaga Pengembangan Budaya

Manusia  sebagai  makhluk  sosial  (zoon politicon)  menurut  Aristoteles adalah  makhluk  yang  senantiasa  ingin  hidup  berkelompok.  Pendapat  senada menyatakan  bahwa  manusia  adalah homo  politicus. Manusia  dalam  hal  ini  tidak bisa menyelesaikan segala permasalahannya sendiri, dia membutuhkan orang lain baik untuk memenuhi kebutuhannya maupun untuk menjalankan perannya selaku makhluk hidup. (Roqib & Nurfuadi, 2009:131)

Bentuk  umum  proses  sosial  adalah  interaksi  sosial  (yang  juga  dapat dinamakan proses   sosial)   karena   interaksi   sosial   merupakan   syarat   utama terjadinya  aktivitas-aktivitas  sosial.  Bentuk lain  proses  sosial  hanya  merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan   sosial   yang   dinamis   yang   menyangkut   hubungan   antara   orang-perorangan, antara kelompok - kelompok manusia, maupun antar orang-perorangan dengan  kelompok  manusia.  Apabila  dua  orang  bertemu,  interaksi  sosial  dimulai pada  saat  itu.  Mereka  saling  menegur,  berjabat  tangan,  saling  berbicara  atau bahkan  mungkin  berkelahi.  Aktivitas - aktivitas  semacam  itu  merupakan bentuk - bentuk interaksi sosial. Walaupun orang - orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara  atau  tidak  saling  menukar  tanda - tanda,  interaksi  sosial  telah terjadi  karena  masing -masing  sadar  akan  adanya  pihak  lain  yang  menyebabkan perubahan- perubahan dalam    perasaan    maupun    syaraf    orang - orang    yang bersangkutan,  yang  disebabkan oleh  misalnya  bau  keringat,  minyak  wangi,  suara berjalan, dan sebagainya. (Soekanto, 2012:55)

Sekolah  disamping  sebagai  tempat  untuk  mengembangkan  kompetensi juga  untuk mengembangkan kepekaan  sosial  di lingkungannya agar  interaksi di lingkungannya  berjalan dengan  baik. Karakter  siswa  bisa  dilihat  dan  dinilai ketika seseorang tersebut berinteraksi dengan orang lain, Salah satu sifat manusia selain sebagai  makhluk  individual adalah  juga  sebagai makhluk  sosial. Dengan demikian kompetensi merupakan indikator yang menunjuk kepada perbuatan yang dapat  diamati,  dan  sebagai  konsep  yang  mencakup  aspek- aspek  pengetahuan, keterampilan,  nilai,  dan  sikap,  serta  tahap - tahap  pelaksanaannya  secara  utuh. (Mulyasa, 2005:40) Manusia  sebagai  makhluk  individual  mempunyai dorongan  atau  motif untuk   mengadakan   hubungan   dengan   orang   lain atau manusia   mempunyai dorongan sosial. Sebagai  makhluk  sosial,  maka    manusia  adalah  makhluk  yang tak  bisa  hidup  tanpa bantuan  dari  orang  lain  karena  manusia  harus  mampu berinteraksi  dalam  masyarakat secara  luas. Sebagaimana   yang dikemukakan Buchari Alma  kompetensi  sosial  adalah  kemampuan dalam  berkomunikasi  dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. (Wibowo & Hamrin, 2012: 124).

Multikultural adalah suatu realita masyarakat dan bangsa Indonesia. Realita tersebut memang berposisi sebagai objek dalam proses pengembangan perencanaan dan  pelaksanaan  pendidikan,  termasuk  di  dalamnya  Pendidikan  Multikultural. Tetapi posisi sebagai objek yang terabaikan dalam pengembangan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ini berubah menjadi subjek yang menentukan dalam implementasinya. Sekalipun sebenarnya multikultural menjadi penentu dalam implementasi tetapi tetap tidak dijadikan landasan ketika guru mengembangkan pembelajaran. Padahal multikultural itu berpengaruh langsung terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, kemampuan sekolah dalam memberikan pengalaman belajar, dan kemampuan siswa dalam proses belajar serta mengolah informasi menjadi sesuatu yang dapat diterjemahkan sebagai hasil belajar. Oleh karena itu, multikultural tersebut harus menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan filsafat, teori, visi, pengembangan pembelajaran pendidikan, termasuk di dalamnya Pendidikan Multikultural.

Konsep multikulturalisme menekankan pentingnya memandang dunia dari bingkai referensi budaya yang berbeda, dan mengenal serta manghargai kekayaan ragam budaya di dalam Negara dan di dalam komunitas global. Multikulturalisme menegaskan  perlunya  menciptakan perbedaan  yang  berkaitan  dengan  ras,  etnis, gender,  orientasi  seksual, keterbatasan,  dan kelas  sosial  diakui  dan  seluruh  siswa dipandang  sebagai  sumber  yang berharga  untuk memperkaya  proses  belajar mengajar. (Al Arifin, 2012).

Sekolah dasar mempunyai peran dalam pendidikan multikultural. Sekolah dasar berperan sebagai edukator dimana sekolah dasar merupakan media transformasi sosial, budaya dan multikulturalisme, pendidikan mampu memberi dan mencerdaskan melalui cara mendesain materi, metode, kurikulum yang mampu menyadarkan siswa akan pentingnya sikap toleran, menghormati perbedaan agama, etnis, dan budaya. Sekolah dasar berperan sebagai motivator dimana pendidikan multikultural menjadikan minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar siswa sesuai dengan individu siswa dan tidak adanya diskriminasi dalam pembelajaran.

Sekolah dasar berperan sebagai fasilitator dimana proses belajar mengajar memfasilitasi  pembelajaran yang menghargai keragaman dan perbedaan, toleran dan sikap terbuka, guru berperan memahami perbedaan setiap anak dan berperan membangun hubungan yang humanis kepada setiap anak. Sekolah dasar berperan sebagai pengembang dimana sekolah dasar menganalisis faktor-faktor potensial bernuansa multikultural, menetapkan pendekatan, metode, dan media pembelajaran berbasis multikultural, dan menyusun rancangan pembelajaran berbasis multikultural. Dengan  peran sekolah dasar dalam pendidikan multikultural maka peserta didik pada tingkat sekolah dasar  bisa mengerti bagaimana sikap toleran, menghormati perbedaan agama, etnis, dan budaya dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kebhinekan bukan sebuah ancaman melainkan kekuatan bagi bangsa Indonesia.


 

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Lingkungan  sekolah  secara  keseluruhan  merupakan  suatu  sistem  yang  terdiri  dari  sejumlah  variabel  dan  faktor  utama  yang  dapat  diidentifikasi  sebagai  budaya sekolah, kebijakan dan politik sekolah, serta kurikulum formal dan bidang  studi. Sekolah  sebagai sistem  sosial  pada  hakikatnya  merupakan  susunan  dari  peran  dan  status  yang  berbeda - beda,  dimana  masing - masing  bagian  tersebut  terkonsentrasi  pada  satu  kekuatan  legal  struktural   yang  menggerakkan  daya  orientasi   demi   mencapai   tujuan   tertentu. Sekolah dasar mempunyai peran dalam pendidikan multikultural.

 Multikultural adalah suatu realita masyarakat dan bangsa Indonesia. Realita tersebut memang berposisi sebagai objek dalam proses pengembangan perencanaan dan  pelaksanaan  pendidikan,  termasuk  di  dalamnya  Pendidikan  Multikultural. Konsep multikulturalisme menekankan pentingnya memandang dunia dari bingkai referensi budaya yang berbeda, dan mengenal serta menghargai kekayaan ragam budaya di dalam Negara dan di dalam komunitas global. Multikulturalisme menegaskan  perlunya  menciptakan perbedaan  yang  berkaitan  dengan  ras,  etnis, gender,  orientasi  seksual, keterbatasan,  dan kelas  sosial  diakui  dan  seluruh  siswa dipandang  sebagai  sumber  yang berharga  untuk memperkaya  proses  belajar mengajar. (Al Arifin, 2012).

 Sekolah dasar berperan sebagai edukator dimana sekolah dasar merupakan media transformasi sosial, budaya dan multikulturalisme, pendidikan mampu memberi dan mencerdaskan melalui cara mendesain materi, metode, kurikulum yang mampu menyadarkan siswa akan pentingnya sikap toleran, menghormati perbedaan agama, etnis, dan budaya. Sekolah dasar berperan sebagai motivator dimana pendidikan multikultural menjadikan minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar siswa sesuai dengan individu siswa dan tidak adanya diskriminasi dalam pembelajaran. Lalu Sekolah dasar berperan sebagai fasilitator juga Sekolah dasar berperan sebagai pengembang

B.       Saran

 Pendidikan Multikultural harus bisa diterapkan di sekolah dasar   karena ilmu yang didapatkan dari kecil atau SD itu ibarat menulis di atas batu jadi sulit hilang caranya dengan  menggunakan berbagai metode yang cocok dalam mengajar agar  peserta didik bisa mengenal budaya yang ada di indonesia dengan baik. Inilah pentingnya seorang pendidik karena sekolah dasar berperan sebagai fasilitator dimana proses belajar mengajar memfasilitasi  pembelajaran yang menghargai keragaman dan perbedaan, toleran dan sikap terbuka, guru harus bisa berperan memahami perbedaan setiap anak dan berperan membangun hubungan yang humanis kepada setiap anak.

 

 

 

 


 

DAFTAR RUJUKAN

Wibowo, A. & Hamrin. (2012). Menjadi Guru Berkarakter: Strategi Membangun Kompetensi dan Karakter Guru. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Al Arifin, A. H. (2012). Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Praksis Pendidikan di Indonesia. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, 1(1).

Kholik, N. (2017). Peranan Sekolah Sebagai Lembaga Pengembangan Pendidikan Multikultural. Jurnal Tawadhu, 1(2), 250-254.

Roqib, M & Nurfuadi. (2009). Kepribadian Guru. Yogyakarta: Grafindo Litera Media.

Mulyasa, E. (2005). Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.

Sutarno. (2010). PJJ


Tidak ada komentar:

Posting Komentar