PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN ANAK
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gizi dan Kesehatan Anak
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pertumbuhan dan Perkembangan Anak”
Dalam
penyelesaian makalah ini, penyusun banyak mengalami kesulitan. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika penyusun
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dosen yang tidak lelah dan bosan untuk
memberikan arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat.
2. Orang tua dan
keluarga yang banyak memberikan motivasi
dan dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual.
3. Teman-teman
yang sudah membantu dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat
dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
kita semua.
Blitar, 10 Februari 2022 Penulis |
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 2
C. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak............................ 13
D. Pengaruh Gizi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.................................. 14
E. Upaya Mengoptimalkan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.................................. 17
BAB III PENUTUP................................................................................................................ 19
Pertumbuhan dan perkembangan pada anak merupakan suatu proses yang akan
selalu terjadi dengan bertahap maka disebut dengan proses continue atau
berkelanjutan. Banyak orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan
“perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara
interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain dan saling mempengaruhi.
Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah
berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih
memperjelas penggunaannya.
Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh banyak faktor,
di antaranya adalah makanan yang disesuaikan dengan tingkat umur dan jenis
aktivitasnya. Sehingga
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut
memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas, maka kita
menguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai
kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.
1.
Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan anak ?
2.
Apa yang dimaksud dengan perkembangan anak?
3.
Apa saja faktor yang mempegaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak?
4.
Bagaimana pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak?
5.
Upaya untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak
?
1. Untuk menjelaskan
maksud pertumbuhan anak
2. Untuk menjelaskan
maksud perkembangan anak
3. Untuk menjelaskan
faktor yang mempegaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
4. Untuk menjelaskan
pengaruh gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
5. Untuk menjelaskan
upaya mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak
Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi
dari konstitusi fisik (Keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter
dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis
(Enung Fatimah, 2010:41)
Menurut Mohammad Ali dan Asrori dalam buku psikologi remaja,
pertumbuhan yang terjadi sebagai perubahan individu lebih mengacu dan
menekankan pada aspek perubahan fisik ke arah lebih maju. Dengan kata lain,
istilah pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai proses perubahan fisiologis
yang bersifat progresif dan kontinu serta berlangsung dalam periode tertentu.
Oleh karena itu, sebagai hasil dari pertumbuhan adalah
bertambahnya berat, panjang, atau tinggi badan, tulang, dan otot-otot menjadi
lebih kuat, lingkar tubuh menjadi lebih besar, dan organ tubuh menjadi lebih
sempurna.
Dalam kehidupannya, manusia akan mengalami pertumbuhan fisik
mengikuti pola- pola umum dan pola-pola unik sebagai pembawaan individual.
Sejak dalam kandungan, janin telah mengalami pertumbuhan fisik yang sangat
cepat, bahkan tercepat bila dibandingkan dengan masa sesudah kelahirannya. Pada
permulaan masa bayi, akan mengalami pertumbuhan yang agak lambat namun pasti,
kemudian makin cepat, dan mencapai puncak pertumbuhan tercepat pada masa
remaja, setelah itu berlangsung moderat, bahkan hampir tidak ada pertumbuhan
lagi, dan akhirnya berangsur-angsur menurun. Dengan kata lain, pertumbuhan mengalami
keterbatasan. Pada akhirnya pertumbuhan ini mencapai titik akhir, yang
berarti bahwa pertumbuhan telah selesai.
Menurut Barba Corazon VC bahwa usia, jenis kelamin, dan berat
badan sangat menentukan status gizi individu. Berat badan dan tinggi badan anak
mencerminkan status gizi dan tingkat pertumbuhan, sedangkan berat badan dan
tinggi badan orang dewasa mencerminkan pertumbuhan yang dapat dicapainya.
1)
Tinggi Badan
Berikut tinggi ideal anak berdasarkan
Kementerian Kesehatan RI dan World Health Organization (WHO) berdasarkan jenis
kelamin dan usia anak.
Usia (Tahun) |
Tinggi Badan
Berdasarkan Jenis Kelamin (cm) |
|
Laki-laki |
Perempuan |
|
1 |
72-78 |
70-78 |
2 |
82-92 |
80-92 |
3 |
83-95 |
82-95 |
4 |
84-97 |
83-96 |
5 |
85-98 |
84-97 |
Menurut WHO, ketika
menginjak usia 6-18 tahun ada batasan di mana anak dianggap pendek dan mengidap
gizi yang buruk. Seorang anak dikatakan pendek bila tinggi badannya kurang dari
:
Usia (Tahun) |
Tinggi Badan
Berdasarkan Jenis Kelamin (cm) |
|
Laki-laki |
Perempuan |
|
6 |
106,1 |
104,9 |
7 |
111,2 |
109,9 |
8 |
116 |
115 |
9 |
120,5 |
120,3 |
10 |
125 |
125,8 |
11 |
129,7 |
131,7 |
12 |
134,9 |
137,6 |
13 |
141,2 |
142,5 |
14 |
147,8 |
145,9 |
15 |
153,4 |
147,9 |
16 |
157,4 |
148,9 |
17 |
159,9 |
149,5 |
18 |
161,2 |
149,8 |
2)
Berat badan
Menurut WHO berikut adalah rata-rata
berat badan ideal anak
Usia (Tahun) |
Berat Badan
Berdasarkan Jenis Kelamin (kg) |
|
Laki-laki |
Perempuan |
|
1 |
9,6 |
8,9 |
2 |
12,2 |
11,5 |
3 |
14,3 |
13,9 |
4 |
16,3 |
16,1 |
5 |
18,3 |
18,2 |
Pada rentang usia 1-5 tahun, standar
deviasi adalah sekitar 2-3 kg. Artinya, bila berat bada anak kurang atau lebih
2-3 kg dari rentang di atas, berat badan pada umumnya masih termasuk normal.
Menurut Centers for Disease Control
and Prevention (CDC), berikut adalah rata-rata berat bada usia 6-12 tahun
Usia (Tahun) |
Berat Badan
Berdasarkan Jenis Kelamin (kg) |
|
Laki-laki |
Perempuan |
|
6 |
20 |
20 |
7 |
23 |
22 |
8 |
25 |
25 |
9 |
28 |
29 |
10 |
32 |
33 |
11 |
36 |
37 |
12 |
40 |
41 |
Perkembangan adalah perubahan yang bersifat
kualitatif yang di dalamnya berupa perubahan secara psikologis. Menurut
Mohammad Ali dan Asrori (dalam Hanggowiyono, 2015) perkembangan lebih mengacu
kepada perubahan karakteristik yang khas dari gejala-gejala psikologis ke arah
yang lebih maju. Para ahli psikologi pada umumnya menunjuk pada pengertian
perkembangan sebagai suatu proses perubahan yang bersifat progresif dan menyebabkan
tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang terbaru.
Perkembangan dapat diartikan sebagai proses
perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupnnya, mulai
dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, sampai masa
dewasa. (Latifah, 2017). Perkembangan
juga dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam diri individu atau
organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat
kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progesif, dan
berkesinambungan (Yusuf, 2012).
Perkembangan individu merupakan integrasi
dari beberapa proses, yakni biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Ketiga
proses ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Dengan demikian, obyek
psikologi perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi dalam diri individu
meliputi beberapa aspek sebagai implikasinya, yakni: (1) aspek perkembangan
psikomotorik; (2) aspek perkembangan kognitif; (3) aspek perkembangan emosi;
(4) aspek perkembangan bahasa; (5) aspek perkembangan sosial; (6) aspek
perkembangan kepribadian; dan (7) aspek
perkembangan moral dan beragama. (Yusuf, 2011)
1)
Aspek Perkembangan
Psikomotorik
Aspek perkembangan pertama yakni, Aspek psikomotorik,
berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik, Kuhlen dan Thompson menyatakan
bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek (Hurlock, 1956), (dalam
Yusuf, 2011) yakni: pertama, struktur fisik, yang meliputi tinggi badan, berat
badan, dan proporsi tubuh. Kedua, sistem syaraf yang mempengaruhi perkembangan
aspek lainnya, yakni intelektual dan emosi. Ketiga, Kekuatan otot, yang akan
mempengaruhi perkembangan motorik, Keempat, kelenjar endokrin yang menyebabkan
munculnya pola-pola perilaku baru.
Menurut Yusuf, (2011) otak mempunyai pengaruh yang sangat
menentukan bagi perkembangan aspek-aspek perkembangan individu lainnya, baik
keterampilan motorik, intelektual, emosional, sosial, moral maupun kepribadian.
Pertumbuhan otak yang normal berpengaruh positif bagi perkembangan aspek-aspek
lainnya. Sedangkan apabila pertumbuhan tidak normal (misalnya sebab pengaruh
penyakit atau kurang gizi) cenderung akan menghambat perkembangan aspek-aspek
tersebut.
Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak mengatur
oto memungkinkan berkembangnya kompetensi atau keterampilan motorik anak.
Keterampilan motrik anak dibagi menjadi dua jenis yakni: (1) keterampilan
gerakan kasar seperti berjalan, berlari melompat, naik dan turun tangga; dan
(2) Keterampilan motorik halus atau keterampilan memanipulasi seperti menulis,
menggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola, serta memainkan benda-benda
atau alat-alat mainan. (Audrey Curtis, 1998, Elizabeth Hurlock, 1956, dalam
Yusuf, 2011).
Perkembangan keterampilan motorik merupakan faktor yang
sangat penting bagi perkembangan pribadi
secara keseluruhan. Menurut Elizabeth Hurlock (dalam Yusuf, 2011) beberapa
alasan tentang fungsi perkembangan motorik bagi konstelasi perkembangan
individu yakni:
a)
Melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki
keterampilan memainkan boneka, melempar, dan menangkap bola atau memainkan
alat-alat mainan.
b)
Melalui keterampilan, motorik anak dapat beranjak dari
kondisi "helplessness"
(tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang
"independence" (bebas,
tidak bergantung). Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya, dan
dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan
"self confidence" (rasa
percaya diri).
c)
Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sekolah (school adjustment). Pada usia pra sekolah (taman
kanak-kanak) atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih
menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
d)
Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak
dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal
akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan akan
terkucil atau menjadi anak yang “fringer"
(terpinggirkan).
e)
Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi
perkembangan “self-concept” atau
kepribadian anak.
2)
Aspek Perkembangan
Kognitif
Aspek perkembangan kedua yakni, aspek
kognitif atau intelektual, perkembangan kognitif berkaitan dengan potensi
intelektual yang dimiliki individu, yakni kemampuan untuk berfikir dan
memecahkan masalah. Piaget (dalam Yusuf, 2011) menyebutkan bahwa perkembangan kognitif (intelegensi) meliputi
empat tahapan atau periode yakni sensorimotor, praoperasional, operasional
konkret, dan operasi formal. Hal tersebut dijelaskan pada tabel sebagai
berikut.
Tabel 2.1
Tahapan Perkembangan
Kognitif Menurut Piaget
PERIODE |
USIA |
DESKRIPSI
PERKEMBANGAN |
1.
Sensorimotor |
0-2 tahun |
Pengetahuan anak diperoleh melalui
interaksi fisik, baik dengan orang atau objek (benda). Skema-skemanya baru
terbentuk, refleks-refleks sederhana seperti menggenggam atau mengisap |
2. Praoperasional |
2-6 tahun |
Anak mulai menggunakan simbol-simbol
untuk merepresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif. Simbiol-simbol
tersebut seperti: kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan obejk,
peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang tampak) |
3. Operasi Konkret |
6-11 tahun |
Anak sudah dapat membnetuk
operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat
menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini memungkinkan unruk dapat
memevahan masalah secara logis. |
4. Operasi Formal |
11 tahun sampai dewasa |
Periode ini merupakan operasi mental
tingkat tinggi. Pada saat ini anak (remaja) sudah berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak hanya dengan objek-objek
konkret. Remaja sudah dapat berpikir abstrak dan memecahkan masalah mealui
mengujian semua alternative yang ada. |
Aspek kognitif juga dipengaruhi oleh perkembangan sel-sel
syaraf pusat di otak. Penelitian mengenai fungsi otak (Woolfolk, 1995) (dalam
Latifah, 2017) dapat dibedakan berdasarkan ke-dua belahan otak, yakni otak kiri
dan otak kanan. Otak kiri berkaitan erat dengan kemampuan berfikir rasional,
ilmiah, logis, kritis, analitis, dan konvergen (memusat). Dengan demikian
kegiatan yang banyak melibatkan fungsi otak kiri adalah membaca, berhitung,
belajar bahasa dan melakukan penelitian ilmiah. Sedangkan otak kanan berkaitan
erat dengan kemampuan berfikir intuitif, imajinatif, holistik dan divergen
(menyebar). Kegiatan yang dominan menggunakan otak kanan diantaranya adalah
melukis, bermain musik, kerajinan tangan.
3)
Aspek Perkembangan
Emosi
Aspek perkembangan ketiga yakni, aspek
perkembangan emosi. Menurut Retno (2013), emosi adalah perasaan intens yang
ditujukan kepada seseorang atau suatu kejadian. Ragam emosi dapat terdiri dari
perasaan senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut
terhadap sesuatu. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat beralu daripada
suasana hati. Sebagai contoh, apabila seseorang bersikap kasar, manusia akan
merasa marah.
Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis
mengandung ciri-ciri sebagai berikut.
1.
Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis
lainnya seperti pengamatan dan berpikir
2.
Bersifat fluktuatif (tidak tetap)
3.
Banyak bersangkutan dengan peristiwa pengnalan paca indera
Adapun ciri-ciri emosi tersebut dapat dibedakan antara emosi
anak dengan emosi orang dewasa yakni sebagai berikut
Tabel 3.1
Karakteristik Emosi
Anak dan Dewasa
EMOSI ANAK |
EMOSI ORANG
DEWASA |
1.
Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba 2.
Terlihat lebih hebat/kuat 3.
Bersifat sementara/dangkal 4.
Lebih sering terjadi 5.
Dapat diketahui jelas dari tingkah lakunya |
1.
Berlangsung lebih lama dan berkahir lebih lambat 2.
Tidak terlihat hebat/kuat 3.
Lebih mendalam dan lama 4.
Jarang terjadi 5.
Sulit diketahui karena lebih pandai menyembunyikannya |
Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi
perkembangan emosi peserta didik, sejumlah penelitian tentang emosi anak
menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung kepada faktor kematangan
dan faktor belajar (Hurlock dalam Retno, 2002).
Adapun pengengelompokan emosi dibbagi menjadi
dua bagian yakni emosi sensoris dan emosi kejiwaan (psikis).
a.
Emosi sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan
dari luar terhadap tubuh, seperti: rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang,
dan lapar.
b.
Emosi psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan keji
waan. Yang termasuk emosi ini, di antaranya adalah:
1)
Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut
dengan ruang lingkup kebenaran. Perasaan ini diwujudkan dalam bentuk; (a) rasa
yakin dan tidak yakin terhadap suatu hasil karya ilmiah, (b) rasa gembira
karena mendapat suatu kebenaran, (c) rasa puas karena dapat menyelesaikan per
soalan-persoalan ilmiah yang harus dipecahkan.
2)
Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hu bungan
dengan orang lain, baik bersifat perorangan maupun kelompok. Wujud perasaan ini
seperti (a) rasa solidaritas, (b) persaudaraan (ukhuwah), (c) simpati, (d)
kasih sayang dan sebagainya.
3)
Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan
nilai-nilai baik dan buruk atau etika (moral). Contohnya, (a) rasa tanggung
jawab (responsibility), (b) rasa bersalah apabila melanggar norma, (c) rasa
tenteram dalam menaati norma.
4)
Perasaan Keindahan (estetis), yaitu perasaan yang berkaitan
erat dengan keindahan dari sesuatu, baik bersifat keben daan maupun kerohanian.
5)
Perasaan Ketuhanan. Salah satu kelebihan manusia sebagai
makhluk Tuhan, dianugerahi fitrah (kemampuan atau perasaan) untuk mengenal
Tuhannya.
4)
Aspek Perkembangan
Bahasa
Aspek perkembangan anak keempat yaitu aspek
perkembangan bahasa, menurut para ahli, bahasa merupakan media komunikasi yang
digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat dan perasaan) dengan menggunakan
simbol-simbol yang disepakati berrsama, kemudian kata dirangkai berdasarkan
urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa
yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat (Sinolungan, 1997; Semiawan,
1998). Lenneeberg salah seorang ahli teori belajar bahasa yang sangat terkenal
(1996) mengatakan bahwa perkembangan bahasa tergantung pada pematangan otak
secara biologis.
5)
Aspek Perkembangan
Sosial
Aspek perkembangan kelima yakni, aspek perkembangan sosial,
perkembangan sosial individu ditandai dengan pencapaian kematangan dalam interaksi
sosialnya, bagaimana seseorang mampu bergaul, beradaptasi dengan lingkungannya
dan menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok (Pangestuti, 2013).
Robinson A (1981) (dalam Yusuf, 2011) mengartikan sosialisasi sebagai proses
yang membimbing anak kearah perkembangan kepribadian sosial sehingga mampu
menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif.
Sosialisasi dari orangtua ini sangatlah penting bagi anak,
karena dia masih terlalu muda dan belum memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangannya
sendiri ke arah kematangan. J. Clausen (Ambron, 1981: 221) (dalam Yusuf, 2011)
mendeskripsikan tentang upaya yang dilakukan orangtua dalam rangka sosialisasi
dan perkembangan sosial yang dicapai anak, yaitu sebagai berikut.
Tabel 5.1
Sosialisasi dan
Perkembangan Anak
KEGIATAN ORANG TUA |
PENCAPAIAIN PERKEMBANGAN PERILAKU ANAK |
1.
Memberikan makanan dan memelihara kesehatan fisik anak 2.
Melatih dan menyalurkan kebutuhan fisiologis: toilet training (melatih buang air
besar/kecil), menyapih dan memberikan makanan padat 3.
Mengajar dan melatih keterampilan berbahasa, persepsi,
fisik, merawat diri dan keamanan diri. 4.
Mengenalkan lingkungan kepada anak: keluarga, sanak
keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar 5.
Mengajarkan tentang budaya, nilai nilai (agama) dan
mendorong anak untuk menerimanya sebagai bagian dirinya. 6.
Mengembangkan keterampilan interpersonal, motif, perasaan,
dan perilaku dalam berhubungan dengan orang lain 7.
Membimbing, mengoreksi, dan membantu anak untuk merumuskan
tujuan dan merencanakan aktivitasnya |
1.
Mengembangkan sikap percaya terhadap orang lain (development of trust) 2.
Mampu mengendalikan dorongan biologis dan belajar untuk
menyalur kannya pada tempat yang diterima masyarakat 3.
Belajar mengenal objek-objek, belajar bahasa, berjalan,
mengatasi hambatan, berpakaian, dan makan 4.
Mengembangkan pemahaman tentang tingkah laku sosial,
belajar menye suaikan perilaku dengan tuntutan 5.
Mengembangkan pemahaman tentang baik-buruk, merumuskan
tujuan dan kriteria pilihan dan berperilaku yang baik. 6.
Belajar memahami perspektif (pandangan) orang lain dan
merespons harapan/pendapat mereka secara selektif. 7.
Memiliki pemahaman untuk mengatur diri dan memahami
kriteria untuk menilai penampilan/perilaku sendiri |
Perkembangan sosial seseorang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sosial dimana ia berada, baik keluarga, teman sebaya, guru, dan
masyarakat sekitarnya. (Yusuf, 2011). Apabila lingkungan sosial tersebut
memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara
positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan so sialnya secara matang.
Namun, apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif, seperti perlakuan
orangtua yang kasar; sering memarahi; acuh tak acuh; tidak memberikan
bimbingan; teladan; pengajaran atau pembiasaan terhadap anak dalam menerapkan
norma-norma, baik agama maupun tatakrama/budi pekerti; cenderung menampilkan
perilaku maladjustment, seperti: (1)
bersifat minder; (2) se nang mendominasi orang lain; (3) bersifat egois/selfish; (4) senang mengisolasi
diri/menyendiri; (5) kurang memiliki perasaan tenggang rasa; dan (6) kurang
mempedulikan norma dalam berperilaku. (Yusuf, 2011)
6)
Aspek Perkembangan
Kepribadian
Aspek perkembangan
keenam yakni aspek kepribadian. Kata kepribadian dalam bahasa asing disebut
dengan kata personality. Kata ini
berasal dari kata latin, yaitu persona yang berarti topeng atau seorang
individu yang berbicara melalui sebuah topeng yang menyembunyikan identitasnya
dan memerankan tokoh lain dalam drama (Buchori, 1982). Suadianto (2007) (dalam
Latifah, 2017) menjelaskan bahwa hal penting dalam perkembangan kepribadian
adalah ketetapan dalam pola kepribadian atau persistensi. Artinya, terdapat
kecenderungan ciri sifat kepribadian yang menetap dan relatif tidak berubah
sehingga mewarnai timbul perilaku khusus terhadap diri seseorang.
E.B. Hurlock (dalam
Yusuf, 2011) menyebutkan bahwa karakteristik kepribadian dibagi menjadi dua,
yakni kepribadian yang sehat dan kepribadian yang tidak sehat yang dapat
dilihat pada tabel berikut
Tabel 6.1
Karakteristik
Kepribadian
KEPRIBADIAN SEHAT |
KEPRIBADIAN TIDAK SEHAT |
1.
Mampu menilai diri secara realistik 2.
Mempu menilai situasi secara realistik 3.
Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik 4.
Menerima tanggung jawab 5.
Kemandirian autonomi 6.
Dapat mengontrol emosi 7.
Berorientasi tujuan 8.
Berorientais keluar 9.
Penerimaan sosial 10. Memiliki filsafat hidup 11. Berbahagia |
1.
Mudah marah/tersinggung 2.
Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan 3.
Sering merasa tertekan 4.
Bersikap kejam atau sennag mengganggu orang lain 5.
Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang 6.
Mempunyai kebiasaan berbohong 7.
Hiperaktif 8.
Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas 9.
Senang mengkritik/mencemooh orang lain dll. |
7)
Aspek Perkembangan
Moral
Aspek perkembangan ketujuh yakni, aspek pekembangan
moral dan penghayatan agama. Istilah moral berasal dari bahasa latin mos/moris
yang dapat diartikan sebagai peraturan, nilai-nilai, adat istiadat, kebiasaan
dan tatacara kehidupan (Retno, 2013). Sedangkan moralitas lebih mengarah pada
sikap untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai dan prinsip moral (Yusuf,
2011). Perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa
yang seharusnya dilakukan oleh individu dalam interaksinya dengan orang lain
(Santrock, 1995). Menurut kacamata teori psikoanalisa, perkembangan moral
adalah proses internalisasi norma-norma masyarakat dan dipengaruhi oleh
kematangan biologis individu. Sedangkan dari sudut pandang teori behavioristik,
perkembangan moral dipandang sebagai hasil rangkaian stimulus-respons yang
dipelajari oleh anak, antara lain berupa hukuman dan pujian yang sering dialami
oleh anak.
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal
benar salah atau baik-buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada
mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak
akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini (prasekolah)
merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima anak mengenai
benar-salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya di
kemudian hari. (Yusuf, 2011)
Menurut Yusuf (2011), pada usia sekolah
dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari orangtua atau
lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan
yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat
mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau
baik-buruk. Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa perbuatan nakal,
berdusta, dan tidak hormat kepada orangtua merupakan suatu yang salah atau
buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hor mat kepada orangtua dan
guru merupakan suatu yang benar/baik. pelaksanaan ibadah telah diterima sebagai
kehanisan moral.
1.
Faktor-faktor dasar pertumbuhan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor genetik atau keturunan. Genetik
merupakan dasar dalam mencapai hasil akhir proses pertumbuhan anak. Melalui genetik
yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Faktor eksternal adalah pola makan,
aktivitas yang dilakukan, vitamin atau suplemen pendukung. Gizi yang terkandung
di dalam makanan berperan penting dalam pertumbuhan anak. Makanan dibutuhkan
untuk pertumbuhan dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga. Aspek
penting yang perlu ditambahkan adalah keamanan pangan (Food Safety) yang
mencakup pembebasan makanan dari berbagai “racun” yang kian mengancam
kesehatan.
2.
Faktor-faktor dasar perkembangan
Pertama, faktor
genetik/hereditas merupakan faktor internal yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan individu. Hereditas sendiri dapat diartikan
sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua. Sejalan
dengan itu, faktor genetik dapat diartikan sebagai segala poteensi (baik fisik
maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa prakelahiran sebagai pewarisan
dari pihak orang tua melalui gen-gen (Yusuf, 2011). Dari definisi tersebut,
yang perlu digaris bawahi adalah faktor ini bersifat potensial,
pewarisan/bawaan dan alamiah (nature).
Kedua, faktor
lingkungan (nurture), lingkungan
merupakan faktor eksternal yang turut membentuk dan mempengaruhi perkembangan
individu (Retno, 2013). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor
genetik bersifat potensial dan lingkungan yang akan menjadikannya aktual. Ada
beberapa faktor lingkungan yang sangat menonjol yakni dalam lingkungan
keluarga. Menurut Yusuf (2011) alasan tentang pentingnya peranan keluarga bagi
perkembangan anak, adalah: (a) keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang
menjadi pusat identifikasi anak; (b) keluarga merupakan lingkungan pertama yang
mengenalkan nilai-nilai kehidupan kepada anak; (c) orang tua dan anggota
keluarga merupakan “significant people”
bagi perkembangan kepribadian anak; (d) keluarga sebagai institusi yang
memfasilitasi kebutuhan dasar insani (manusiawi), baik yang bersifat fiktif
biologis, maupun sosio-psikologis; dan (e) anak banyak menghabiskan waktunya di
lingkungan keluarga.
Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi
oleh banyak faktor, di antaranya adalah makanan yang disesuaikan dengan tingkat
umur dan jenis aktivitasnya. (Sukamti, 1994). Telah diketahui
bersama bahwa untuk dapat tumbuh dengan baik, seorang anak/bayi memerlukan
zat-zat gizi dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang baik. Semakin
bertambah usia bayi/anak maka semakin banyak kebutuhan zat-zat gizinya. (Sukamti, 1994). Gizi atau zat gizi
disebut juga sebagai nutrisi. Menurut Pane, dkk (2020) nutrisi merupakan
senyawa kimia penting (esensial) bagi tubuh untuk membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (metabolisme).
Menurut Asmuni, (dalam Sukamti, 1994)
parameter untuk mengukur kemajuan pertumbuhan seseorang adalah menggunakan
berat dan tinggi badan. Jika seorang anak sejak lahir diukur berat badannya
secara periodik, misalnya setiap tiga bulan sekali, maka akan terdapat suatu
gambaran atau pola pertumbuhan anak tersebut. Didapati bahwa pola pertumbuhan
seseorang sejak lahir sampai meninggal, bukan merupakan suatu kurva garis
lurus, tetapi terdiri atas beberapa bagian yang menunjukkan kecepatan tumbuh
yang cepat, diselingi oleh kecepatan tumbuh lambat. Fase pertumbuhan cepat
disebut growth spurt (pertumbuhan
melonjak), sedangkan fase pertumbuhan lambat disebut growth plateau (pertumbuhan mendatar). Pada kurva pertumbuhan
seseorang terdapat dua phase growth spurt
(pertumbuhan melonjak), yakni pada periode umur bayi dan balita, serta pada
periode umur remaja atau adolesens.
Di antara kedua fase growth spurt
(pertumbuhan melonjak) tersebut terdapat growth
plateau (pertumbuhan mendatar), yakni pada periode prasekolah dan bagian
akhir fase dewasa (adult life).
Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Seseorang
Sumber: Achmad ,
(dalam Sukamti, 1994)
Pertumbuhan seorang anak praktis dianggap
berhenti setelah mencapai umur dewasa (16-17 tahun) karena sudah sangat lambat,
garis Ephipysis sudah tertutup (Corbin 1980:7). Tubuh sudah tidak banyak lagi
menambah bahan baru kepada sel atau jaringan, tetapi hanya menggantikan
bahan-bahan yang telah rusak atau aus terpakai. Pada seorang dewasa yang sehat,
berat badannya diharapkan akan konstan dalam batas-batas tertentu. Jadi, mudah
dipahami bahwa untuk fase pertumbuhan diperlukan banyak bahan baru dalam bentuk
zat-zat gizi, dibandingkan dengan fase umur dewasa. Terutama pada phase growth spurt (pertumbuhan
melonjak), kebutuhan akan zat gizi meningkat dengan pesat sehingga suatu
kondisi defisiensi (penyakit/kekurangan) pada fase umur ini akan segera
berpengaruh pada pertumbuhan anak tersebut. Pada phase growth plateau (pertumbuhan mendatar) kebutuhan akan zat-zat
gizi ini pun akan menurun, sesuai dengan kecepatan tumbuh saat itu. Jangan
mengherankan bahwa nafsu makan pun (appetite)
akan naik-turun sesuai dengan phase pertumbuhan anak tersebut.
Pentingnya mendapat zat makanan sesuai
dengan kebutuhan yang harus terpenuhi, pertumbuhan dan perkembangan tubuh anak
akan berjalan dengan lancar, termasuk pertumbuhan sel otaknya. Pertumbuhan sel
otak yang maksimal seperti inilah yang sangat dibutuhkan, yang merupakan
potensi untuk kemampuan intelegensinya. Kebutuhan nutrisi bagi setiap orang,
dapat berbeda-beda karena dipengaruhi oleh faktor genetika dan metaboliknya.
Namun, pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi anak-anak itu pada dasarnya sama, yakni
untuk mencukupi segala kebutuhan guna pertumbuhan untuk mencapai kebutuhannya.
Pemenuhan nutrisi yang baik, akan membantu mencegah terjadinya penyakit yang
akut maupun kronik, di samping menopang perkembangan serta kemampuan fisik dan
mentalnya.
Adapun kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak sekolah (umur 7-12 tahun) yakni seperti halnya kelompok
anak pra sekolah, pada kelompok anak sekolah juga membutuhkan zat gizi makro
(karbohidrat, protein dan lemak) relatif lebih besar. Sebagai manifestasi atau
perwujudan produktivitas pada kelompok usia anak sekolah, yaitu ketahanan fisik
atau stamina tubuh dalam mengikuti setiap aktivitas. Selain banyak membutuhkan
zat gizi makro juga sangat banyak membutuhkan zat gizi mikro (mineral) terutama
zat besi (Fe). Beberapa penelitian di Amerika, Guatemala, Mesir dan Indonesia
menunjukkan bahwa anemia gizi besi berpengaruh negatif terhadap perilaku dan
prestasi belajar anak. (Sugeng, dalam Sukamti, 1994).
Webb dan Oski dalam penelitiannya (Sugeng
(dalam Sukamti, 1994) menyimpulkan bahwa siswa yang menderita anemia secara
statistik memperoleh skor keberhasilan lebih rendah dari kelompok nonanemik dan
dalam uji kemampuan untuk menceritakan kembali hal-hal yang secara visual
pernah diperlihatkan membutuhkan waktu lebih lama (4.08 detik) dibanding
kclompok nonanemik (1.81 detik) untuk melaporkan kembali hal yang sama. Hal ini
menunjukkan bahwa kelompok anemia mengalami lebih banyak masalah perilaku dalam
pemusatan perhatian dan persepsi yang menyebabkan prestasi belajar rendah.
Efisiensi anak-anak nonanemik lebih cepat dan lebih akurat daripada anak-anak
yang anemia.
Selain itu, asupan zat gizi menunjukkan
korelasi yang positif dengan perkembangan kecerdasan anak. Berbagai penelitian menunjukkan, bahwa skor
IQ anak dengan asupan gizi optimal memiliki nilai yang lebih baik, dibandingkan
nilai IQ anak yang mengalami gizi kurang. Penelitian yang dilakukan di Korea
menunjukkan, bahwa anak-anak yang memiliki asupan gizi baik, cenderung memiliki
nilai IQ yang lebih tinggi. (Prado dan Kathryn, 2012).
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa asupan
gizi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Pemenuhan
asupan gizi pada anak perlu memperhatikan kebutuhan dan daya anak. Pada masa
pacu pertumbuhan (phases growth spurt)
sebaiknya kebutuhan gizi atau nutrisi anak dipenuhi dengan baik karena masa
tersebut adalah masa terbaik untuk mencapai pertumbuhan sebelum terlambat.
Selain itu, asupan gizi yang seimbang berpengaruh pada perkembangan seorang
anak. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa asupan gizi yang cukup dan
seimbang berpengaruh pada kecerdasan atau kemampuan kognitif anak, sedangkan
kekurangan gizi dapat berpengaruh pada kurangnya konsentrasi, kekakuratan dan
prestasi anak.
Pertumbuhan dan perkembangan yang baik merupakan hal yang
penting bagi anak. Sebagai orang tua dan calon pendidik, kita harus tahu
bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk dapat memaksimalkan pertumbuhan dan
perkembangan anak secara optimal. Laju pertumbuhan dan perkembangan anak
berbeda antar satu dengan yang lainnya karena dipengaruhioleh beberapa faktor
seperti, genetik, nutrisi, stimulasi tumbuh kembang dan kadar hormone pertumbuhan.
Akan tetapi, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
memaksimalkannya. Berikut merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
1.
Mengonsumsi makanan bergizi
Makanan bergizi seimbang merupakan syarat utama untuk
mengoptimalkan pertumbuhan anak, terutama tinggi badannya. Gizi seimbang
merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Untuk memperoleh gizi seimbang, anak
perlu mengonsumsi beberapa nutrisi yang dibutuhkan. Mulai dari protein, lemak,
serat, karbohidrat, vitamin, dan juga berbagai mineral penting. Beberapa
makanan yang bisa membantu memenuhi kebutuhan gizi seimbang yang dibutuhkan
oleh anak. Kacang, daging ayam, sayuran hijau, yoghurt, telur, buah-buahan,
hingga ikan salmon.
2.
Berolahraga
Rutin berolahraga dapat memperkuat otot, tulang, dan menambah
produksi human growth hormone (HGH) yang mana penting untuk pertumbuhan anak.
Namun untuk anak-anak olahraga tidak boleh terlalu lama dan aktivitas fisik
terencana yang dibimbing oleh orang dewasa. Beberapa olahraga yang cocok untuk
anak sekolah dasar diantaranya berenang, bermain basket, dan lompat tali.
3.
Tidur yang cukup
Tidur adalah hal yang penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Memiliki jam tidur yang baik akan mengoptimalkan petumbuhan
dan perkembangan anak. Pada anak usia sekolah dasar rentang lama tidurnya
adalah 9-11 jam. Tidak hanya berpengaruh bagi fisik namun tidur juga
mempengaruhi mental. Dr.Dora Wolfe mengemukakan bahwa tidur memungkinkan
membentuk sel-sel pembersih yang melindungi otak dari gangguan kejiwaan dan
neurodegenerative. Manfaat tidur yang cukup untuk anak-anak antara lain :
4.
Pemberian nutrisi
Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu
dengan memberikan asupan pada anak yang memiliki nutrisi atau zat gizi berikut.
Nutrisi yang penting untuk anak diantaranya DHA dan AA (LC-PUFAS), zat besi,
zinc, taurine, asam glutamate dan asam folat.
5.
Pola asuh dengan penuh kasih sayang dan stimulasi bermain.
Kasih sayang sendiri berguna untuk
menciptakan rasa aman dan nyaman, membuat anak merasa dilindungi, diperhatikan
(minat, keinginan, dan pendapatnya), diberi contoh bukan dipaksa, dibantu,
didorong, dihargai, penuh kegembiraan, koreksi bukan ancaman atau hukuman.
Sedangkan stimulasi bermain, dapat membantu anak dalam meningkatkan sensorik,
motorik, emosi-sosial, berbicara, kognitif, mandiri, kreativitas, kepemimpinan,
dan moralnya
A. Kesimpulan
Pertumbuhan
merupakan suatu perubahan fisik yang terjadi pada anak yang mengarah kepada bertambahnya berat, panjang, atau tinggi
badan, tulang, dan otot-otot menjadi lebih kuat, lingkar tubuh menjadi lebih
besar, dan organ tubuh menjadi lebih sempurna. Pertumbuhan dapat dilihat pada
tinggi badan dan berat badan yang menentukan status gizi dan tingkat
pertumbuhannya.
Perkembangan
merupakan perubahan kemampuan dan karakteristik psikis yang terjadi sejalan
dengan pertumbuhan fisik pada anak. Perkembangan anak berasal dari proses
biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Proses perubahan dalam diri anak terdiri dari berbagai aspek sebagai
implikasinya yaitu aspek perkembangan psikomotorik, aspek perkembangan
kognitif, aspek perkembangan emosi, aspek perkembangan bahasa, aspek
perkembangan sosial, aspek perkembangan kepribadian dan aspek perkembangan moral.
Terdapat
berbagai faktor yang mempengaruhi
perkembangan yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Sedangkan faktor yang
berpengaruh pada pertumbuhan yaitu faktor genetik. Faktor genetik dipengaruhi
Gizi pada asupan anak, sehingga perlu diperhatikan saat periode pertumbuhan dan
perkembangan anak. Kebutuhan akan zat Gizi pada anak sebaiknya dipenuhi secara seimbang sejalan dengan
tahapan pertumbuhan dan perkembangannya.
Terdapat cara untuk mengoptimalkan
perkembangan dan pertumbuhan anak yaitu makan makanan bergizi, berolah
raga, tidur yang cukup, pemberian nutrisi dan pola asuh dengan penuh kasih sayang serta
stimulasi bermain
B.
Saran
Perkembangan dan pertumbuhan merupakan suatu
hal yang paling terpenting pada anak karena hal tersebut sangat mempengaruhi
masa depan anak. Sebagai calon guru, kita harus dapat mempelajari perkembangan
dan pertumbuhan pada anak agar dapat
diterapkan pada anak sehingga kematangan pada usia anak SD tidak terjadi hambatan maupun kekurangan pada
setiap tahapannya.
Fadli, Rizal. (2021). Ibu
Perlu Tahu, Ini 4 Cara Biar Anak Tumbuh Tinggi. [Online]( https://www.halodoc.com/artikel/3-cara-biar-anak-tumbuh-tinggi)
diakses pada 6 Februari 2022
Honggowiyono, Puger.
(2015). Pertumbuhan dan Perkembangan
Peserta Didik. Malang: Penerbit Gunung Samudera
Latifah, U. (2017). Aspek
perkembangan pada anak Sekolah Dasar: Masalah dan perkembangannya. Academica:
Journal of Multidisciplinary Studies, 1(2), 185-196.
Muljati, Sri, dkk. 2016. Gambaran
Median Tinggi Badan Dan Berat Badan Menurut Kelompok Umur Pada Penduduk
Indonesia Yang Sehat Berdasarkan Hasil Riskesdas 2013 (Description Of Median
Number Of Weight And Height Classified By Age Group On Healthy Indonesian
Citizens Based On Riskesdas 2013 Result). Penelitian Gizi dan Makanan,
39 (2), 137-144. Dari https://media.neliti.com/media/publications/223580-none.pdf
Pane, dkk (2020). Gizi
dan Kesehatan. Yayasan Kita Menulis.
Pangestuti, Retno. 2013. Psikologi Perkembangan Anak Pendekatan
Karakteristik Peserta Didik. Jogjakarta: BASOSBUD.
Prado, E. L., & Dewey,
K. G. (2012). Nutrition and brain development in early life. Nutrition
reviews, 72(4).
Rompies, Jemima K.(2020). Tips Optimalkan Tumbuh Kembang Anak Agar
Menjadi Generasi Unggul. [Online](https://www.popmama.com/kid/4-5-years-old/jemima/tips-optimalkan-tumbuh-kembang-anak-agar-menjadi-generasi-unggul-1
Jemima Karyssa Rompies 2020) diakses pada 6 Februari
2022
Soetjiningsih. (1995).
Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sukamti, E. R. (1994).
Pengaruh Gizi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jurnal
Cakrawala Pendidikan, 3(3).
Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Yusuf, Syamsu. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.